Prakarsanetwork.com – Perkembangan metode intervensi kesejahteraan sosial, atau umumnya dikenal dengan pemberdayaan masyarakat cukup dinamis. Sejauh ini, kita telah mengenal setidaknya 4 metode yang telah banyak diterapkan oleh lembaga pemberdayaan masyarakat, maupun individu pekerja sosial. Tulisan berikut dapat memberikan gambar pengertian dan karakteristik mendasar dari 4 metode: Participatory Action Research (PAR), Community Based Research (CBR), Service Learning (SL), dan ABCD (Asset Based Community Development).
Pengabdian Masyarakat dengan pendekatan Participatory Action Research (PAR) berorientasi pada pemberdayaan masyarakat. Karena pemberdayaan harus selalu memenuhi kebutuhan dan penyelesaian masalah yang ada di tengah-tengah masyarakat. Disamping itu, PAR juga berorientasi pada pengembangan dan mobilisasi ilmu pengetahuan di tengah masyarakat agar masyarakat dapat menjadi aktor perubahan, bukan obyek pengabdian. Dalam paradigma PAR ini, masyarakat adalah agen utama perubahan sosial, individu pelaksana pengabdian merupakan pihak lain yang melakukan fasilitasi dari proses perubahan tersebut. Para pengabdi dari perguruan tinggi harus menempatkan masyarakat sebagai pemeran utama pembangunan dan perubahan. Kehadiran individu sebagai fasilitator yang secara partisipatoris memberdayakan warga masyarakat.
Selain PAR, para pekerja sosial juga banyak mengenal pendekatan Service Learning (SL). SL ini dimaksudkan untuk mengintegrasikan pembelajaran ke dalam kegiatan pengabdian masyarakat seperti layaknya program Kemitraan Universitas–Masyarakat (KUM). Beberapa pendekatan KUM yang diperkenalkan dalam proyek tersebut termasuk Service Learning (SL). Salah satu pendekatan atau metode yang saat ini dianggap sangat baik dalam aspek penerapan mata kuliah dalam dunia nyata terhadap komunitas atau masyarakat.
Service Learning adalah salah satu metode pembelajaran yang memberikan penekanan pada aspek praktis dengan mengacu pada konsep Experiental Learning yaitu penerapan pengetahuan perkuliahan ditengah-tengah masyarakat/ komunitas sekaligus berinteraksi dengan masyarakat/ komunitas dan menjadi solusi terhadap persoalan-persoalan yang dihadapi oleh masyarakat atau komunitas, sehingga mampu menerapkan secara nyata peran mahasiswa dan kampus dalam melakukan pengabdian kepada masyarakat. Paling tidak perguruan tinggi dapat memberikan masukan-masukan kepada masyarakat terhadap persoalan-persoalan di sekitar mereka dan masyarakat tidak segan meminta bantuan kepada perguruan tinggi jika terdapat masalah yang sulit dipecahkan oleh masyarakat.
Selain dua pendekatan di atas, kita juga mengenal pendekatan Community Based Research, yaitu sebuah metode pengabdian berbasis riset yang bertumpu pada masyarakat. Senada dengan PAR, CBR mengajarkan para pengabdi agar sejak awal perencanaan pengabdian sudah melibatkan warga. Paradigma CBR ini menekankan pentingnya community based (berbasis masyarakat) di semua langkah dan proses pengabdian berbasis riset.
Terakhir adalah metode Asset Based Community Development (ABCD). Metode ini juga dikenalkan oleh para penulis buku ini. Cara kerja metode ini adalah dengan membalik paradigma yang tadinya berbasis masalah, ABCD mengajarkan kita melakukan pengabdian berbasis kekuatan dan potensi masyarakat. Penemu metode ini John McKnight mengajarkan kata mutiara yang sangat bagus, No Body Has Nothing atau tidak ada orang yang tidak punya sesuatu. Atau di kalangan Islam banyak dikenal pesan likulli syai’in maziyyah atau setiap orang punya kelebihan. Pendekatan ABCD memungkinkan masyarakat membangun desanya dengan kekuatan yang sudah ada di tengah masyarakat tanpa tergantung bantuan dari pihak luar. Oleh karena itu pendekatan ini dimulai dengan mengidentifikasi aset yang dimiliki oleh masyarakat untuk kemudian dimanfaatkan membangun lingkungannya.